Negara seperti Indonesia yang terdiri dari 17.500 pulau, dan Filipina yang terdiri dari sekitar 7.000 pulau, sangat membutuhkan akses listrik untuk masyarakatnya yang tinggal di pulau-pulau terpencil. Namun, kondisi geografis juga masih jadi tantangan pasokan listrik, baik secara fisik, pun finansial, sehingga masih sulit menghubungkan mereka ke jaringan terpadu. Padahal mereka juga perlu listrik yang stabil dan terjangkau.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintahan di daerah masing-masing memang tak tinggal diam. Hanya saja, mereka masih terpaku mengandalkan jenis Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) lokal skala kecil untuk memasok listrik. Padahal, pembangkit jenis ini dianggap kuno, karena hanya solusi jangka pendek; juga salah satu kontributor terbesar soal pencemaran lingkungan.
Dan salah satu solusinya adalah mengintegrasikan sumber energi listrik lokal dari energi baru terbarukan (EBT) secara lebih terjangkau, andal, dan berkelanjutan. Cara ini pula bisa mengurangi ketergantungan pada PLTD.
Menyadari hal ini, Nangyang Technology University (NTU) membuat Microgrid Pilot Test Project di Pulau Semakau yang terletak 8 kilometer di Selatan Singapura. Proyek ini merupakan lokasi uji coba tes microgridhibrida terbesar, untuk menunjang sistem dan teknologi berkelanjutan di Asia Tenggara.
Proyek bernama Renewable Energy Integration Demonstrator (REIDS) ini didukung 15 pelaku industri, termasuk GE; juga Economic Development Board (EDB) dan National Environment Agency (NEA). REIDS juga diarahkan untuk jadi ruang studi demi mencapai akses energi terjangkau di Asia Tenggara. Proyek ini juga menunjukkan bahwa microgrid bisa melayani kebutuhan energi masyarakat lebih baik dalam berbagai faktor, seperti masyarakat, ekonomi, dan pasar.
Roch Drozdowski-Strehl, REIDS Deputy Director NTU menyatakan, jika semua microgrid sudah online, maka REIDS akan mempelajari lebih lanjut tentang interoperabilitas berbagai generasi sistem manajemen energi.
“Kepentingan khusus untuk NTU adalah konsep ‘mesogrid’, di mana banyak mikrograf mampu berinteraksi satu sama lain, untuk mencapai peningkatan kinerja secara keseluruhan. NTU juga mencari peluang dan solusi teknis untuk mengatasi akses air dan energi, secara bersamaan,” ujarnya.
Proyek yang berada di area seluas 3 hektar ini dikerjakan selama tiga tahun, mulai dari 2014. Pada fasilitas proyek ini, terdapat 200kWh battery storage, dan PLTD 500kW. Fasilitas ini juga menyediakan 1 core solution, pada tiap pembangkit yang ditanganinya. Dari sisi desain, fasilitasnya akan menjadi microgrid controller yang menggabungkan berbagai FCU dengan tunjangan layered Control Local Intelligence. Fasilitas juga akan ditunjang cyber security, application functional block, dan 61850 plug and play Goose Support.
REIDS juga diharapkan bisa mengubah dan mengintegrasikan sistem pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik negara-negara ASEAN, ke arah yang lebih baik. REIDS juga akan menjadi model untuk perencanaan, penyebaran, dan pengoperasian microgrid, yang memanfaatkan potensi EBT di wilayah ASEAN. Selain itu, juga diperkirakan bisa mengurangi downtime, menurunkan emisi gas buang, dan menekan Biaya Pokok Pembangkit (BPP).
Informasi tambahan, REIDS juga menggabungkan pasokan dari semua bauran energi listrik yang masih dalam jaringan off grid, baik itu EBT –seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu), seluruh pembangkit EBT, dan pembangkit yang dihasilkan dari fosil.
Sebagai contoh, listrik yang dihasilkan dari sumber terbarukan ini sudah memasok listrik di Pulau Semakau. Tahap awalnya sudah selesai dan berjalan dengan sistem microgrid pertama. Dua tahap selanjutnya akan rampung dalam beberapa bulan mendatang. Jadi REIDS akan jadi platform ideal untuk penyimpanan daya listrik dari pasokan EBT, onshorepun offshore; serta menjaga keandalan teknologi untuk pasokan industri, sektor komersial, sampai rumah tangga.
Untuk pengembangannya, GE Energy Connections Grid Solutions akan fokus pada MicroGrid Power Mix Management, untuk mengelola pertukaran daya listrik pada microgrid. Solusi ini akan memastikan kelancaran peralihan listrik yang aman dari pembangkit EBT pada energy storage system.
Alvin Chin dari GE Energy Connections menyatakan, “Sebagai mitra proyek ini, kami ingin menyediakan listrik untuk jutaan warga Asia Tenggara yang kini belum menikmati aliran listrik. Kami ingin, pasokan listrik dari pembangkit EBT bisa memasok dan menjangkau lokasi-lokasi yang sebelumnya sulit diakses. Itu sebabnya, kami antusias membawa teknologi dan solusi ini untuk membawa manfaat lebih besar di kawasan Asia Tenggara,” tandasnya.