Skip to main content
header-image
energy transition

Menciptakan Strategi Kohesif Percepatan Transisi Energi di Indonesia

January 26, 2022

Sesuai dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang membahas perubahan iklim (COP26) di Glasgow, para pemimpin dunia telah meningkatkan upaya untuk mengatasi emisi karbon dan beralih dari sistem energi yang selama ini tergantung pada bahan bakar fosil ke sejumlah alternatif berbasiskan energi terbarukan. Sebagai negara yang menargetkan bebas karbon pada 2060, Indonesia memahami bahwa transisi energi ini merupakan hal yang mendesak.

Berbicara di acara “Strategies and Partnership to Accelerate Indonesia’s Energy Transition” yang diselenggarakan secara daring oleh GE Indonesia, Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menggarisbawahi komitmen dan tekad Pemerintah Indonesia untuk mengatasi berbagai permasalahan terkait perubahan iklim yang berdampak negatif pada Indonesia maupun dunia.

“Pemerintah baru-baru ini menghentikan pembangunan sejumlah pembangkit tenaga uap dan akan mengandalkan pada energi terbarukan untuk meningkatkan produksi listrik pada 2030. Sesuai dengan peta jalan transisi energi kami, Indonesia juga bertujuan untuk memangkas emisi gas rumah kaca sebesar 29% melalui upaya kami sendiri, atau sebesar 41% dengan bantuan internasional pada 2030,” katanya.

Menekankan kembali pendapatnya, Handry Satriago, President GE Indonesia, dalam sambutan pokok menambahkan bahwa sebagai pemimpin energi global, GE selalu mencari cara baru untuk memunculkan berbagai gagasan segar dan inovasi untuk mendukung pencapaian sasaran energi Indonesia sebagaimana dilakukannya di berbagai negara di seluruh dunia.

“GE fokus untuk memainkan peran penting dalam mewujudkan transisi energi global dan memberikan solusi dekarbonisasi. Kami memiliki kemampuan unik untuk membantu Indonesia dalam memenuhi kebutuhan akan daya listrik yang andal dan berkelanjutan serta siap berperan aktif dalam transisi ini,” katanya.

Situasi transisi energi saat ini di Indonesia

Dalam diskusi panel tentang posisi Indonesia dalam transisi energi, Inten Sripeni Cahyani, Tenaga Ahli Menteri di Kementerian ESDM, menjabarkan strategi transisi energi Indonesia di sejumlah bidang strategis, antara lain mengalihkan subsidi bahan bakar ke sejumlah sektor produktif, berinvestasi pada pembangunan kapasitas pengubahan sampah menjadi energi, serta regulasi lahan dan kehutanan. Meski demikian, dia juga memperingatkan bahwa berbagai aksi oleh Indonesia juga harus disertai dengan kerja sama dari negara-negara maju sehingga sejumlah sasaran global terkait iklim dapat diadopsi dengan lebih cepat.

“Sebagaimana dinyatakan oleh Presiden Jokowi di Glasglow pada COP26, ada sejumlah pertanyaan yang belum terjawab, khususnya tentang seberapa besar kontribusi dari negara-negara maju, jenis transfer teknologi yang disertakan, dan jangka waktu untuk melakukan upaya tersebut,” katanya.

Memuluskan jalan bagi investasi asing

Douglas Midland, Perwakilan USDFC di Indonesia, berpandangan bahwa investasi dari sektor swasta asing dapat mendorong terjadinya pembangunan kapasitas yang dibutuhkan untuk mewujudkan berbagai rencana transisi energi Indonesia. Dia menggarisbawahi dua bidang yang harus difokuskan. Pertama, regulasi pemerintah tentang energi terbarukan yang sudah lama ditunggu-tunggu, yang akan memperbaiki iklim investasi di bidang energi terbarukan. Kedua, segera memulai berbagai tender untuk proyek-proyek energi terbarukan yang sesuai dengan strategi transisi energi jangka panjang pemerintah.

“Pemerintah Indonesia sudah menyatakan dengan jelas bahwa pembiayaan dan investasi internasional dibutuhkan. Namun, kami juga membutuhkan adanya proyek. Sesuai dengan peran kami, hal yang dapat kami lakukan adalah mendukung investasi sektor swasta dan membantu mendorong terjadinya investasi tersebut serta mensukseskan berbagai proyek ini sehingga dapat menunjukkan kemajuan pemerintah dalam menerapkan energi terbarukan di Indonesia,” katanya.

Berbicara untuk mendukung investasi swasta di berbagai proyek transisi energi Indonesia, Ken Haig, Head of Policy APAC, Amazon Web Services, juga menyatakan bahwa kemitraan strategis dengan pihak swasta sangat penting untuk mematangkan berbagai proyek energi terbarukan di negara ini, dengan tanpa terlalu mengandalkan pada subsidi. Hal ini membutuhkan suatu pembaruan regulasi untuk dapat menarik investasi sektor swasta dan semakin mendorong mewujudkan prospek transisi energi dalam jangka panjang.

Secara keseluruhan, para pembicara sepakat bahwa Indonesia telah menunjukkan sikap progresif dalam transisi energi dan komitmennya untuk mengurangi emisi karbon. Itu semua luar biasa. Namun, masih banyak hal lain yang harus dilakukan untuk mendorong investasi sektor swasta di proyek energi terbarukan yang dapat membantu Indonesia memenuhi komitmen iklimnya di tingkat global.

David Hutagalung, Country Director GE Power, merangkum dengan baik berbagai pendapat dan gagasan dari para pembicara dalam sesi yang dibawakannya.

“Kami memberi apresiasi pada peta jalan transisi energi milik pemerintah karena itu menunjukkan dengan jelas berbagai prioritas Indonesia terkait hal ini. Kami semua ingin melihat adanya percepatan dalam rencana ini dan karena itu perbaikan iklim pembiayaan akan mendukung terwujudnya hal ini.”

Pembiayaan teknologi energi terbarukan

Diskusi mengenai investasi sektor swasta di bidang energi terbarukan memperlancar peralihan ke sesi berikutnya mengenai teknologi energi terbarukan dan solusi keuangan.

Adrianto Darmoyo, Head of Renewable, Medco Power Indonesia, menyoroti susahnya permasalahan untuk menyeimbangkan sumber daya dan kebutuhan beban, khususnya di sejumlah daerah terpencil  di negeri ini. Itulah alasannya penting sekali memanfaatkan kondisi geografi daerah untuk memilih solusi energi terbarukan yang paling sesuai.

“Daerah seperti Kalimantan kaya akan sumber daya potensial untuk listrik tenaga air. Di Nusa Tenggara Timur memiliki iradians yang bagus sehingga terdapat kapasitas yang baik untuk tenaga matahari. Ini semua merupakan faktor-faktor yang harus kita pahami dan sebagai penyedia teknologi, di sinilah terletak potensi pengembangan yang besar,” katanya.  

Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan ketika melakukan pembiayaan pada teknologi energi terbarukan antara lain adalah efisiensi, sebagaimana digarisbawahi oleh Yonathan Pangaribuan, County Head, UL. Menurutnya, biaya harus diimbangi dengan efisiensi pada pembangkit listrik energi terbarukan.

“Kita perlu mencermati pola konsumsi energi dan menggunakan data ini untuk fokus pada cara  memberikan sistem energi yang jauh lebih optimal. Inilah beberapa pertimbangan yang akan membantu kita dalam memutuskan apakah akan fokus pada satu sumber daya energi terbarukan atau sumber daya hibrida yang mengombinasikan dua atau lebih sumber daya terbarukan,” katanya.

Inovasi baru, peningkatan peluang

Di bidang teknologi, Joko Prakoso, Country Director GE Renewable Energy, menekankan pentingnya upaya terus-menerus dalam mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan yang sudah ada. Dia menunjuk pada peningkatan peluang di segmen tenaga angin dan matahari yang diharapkan bertumbuh paling cepat di sektor energi terbarukan dalam beberapa tahun mendatang.

“Teknologi yang ada saat ini berkembang semakin cepat daripada sebelumnya. Kita juga melihat kemajuan dalam transisi energi, khususnya dalam menkonversikan warisan pembangkit listrik berbahan bakar fosil menjadi berbahan bakar terbarukan. Semua hal ini didukung oleh jaringan yang semakin menjadi jaringan digital dengan kemampuan lebih baik dalam mengelola sistem energi kita di masa depan,” tambahnya.

Perspektif luas tentang teknologi energi terbarukan ini didukung oleh pandangan dari lapangan oleh Hanna Yolanda Tobing, Senior Country Representative, the United States Trade and Development Agency (USTDA), terkait pendanaan proyek yang menggunakan solusi energi terbarukan tercanggih. Dari 275 proposal yang diterima oleh USTDA, dia mengatakan ada 20 proyek yang akan dikerjakan di Indonesia.

“Saya merasa sangat bangga atas pencapaian ini yang merupakan pencapaian tertinggi dari antara semua negara di Asia Tenggara. Proposal-proposal itu menjadi faktor penting yang membantu negara ini mengurangi emisi gas rumah kaca dan memfasilitasi berbagai inisiatif transisi energi yang lebih luas,” katanya.

Pendek kata, pembangunan energi bersih di Indonesia untuk mendukung pencapaian sasaran-sasaran transisi energinya tengah mendapatkan dorongan yang luar biasa besar baik dari sektor pemerintah maupun swasta di negara ini. Sebagaimana disoroti oleh para pembicara dalam diskusi panel dan pembicara pokok, pelaku di sektor industri dapat dan harus memainkan peran yang sangat penting dalam hal ini untuk membantu Indonesia mempercepat rencana transisi energi dan dekarbonisasi.