Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

Indonesia, pemangsa energi

June 25, 2014
 
Seperti yang sudah diramalkan, setiap tahun peran natural gas atau gas alam untuk memenuhi kebutuhan energi global semakin meningkat. Pada tahun, 1990 kebutuhan natural gas di seluruh dunia hanya 20% dari permintaan seluruh sumber energi, tahun 2013 naik menjadi 23%, dan tahun 2025 diperkirakan akan naik menjadi 26%.


Dengan asumsi bahwa jumlah penduduk Indonesia akan terus meningkat, maka kebutuhan energi pun dipastikan bertambah. Jumlah total kebutuhan energi rakyat Indonesia di tahun 2025 diperkirakan mencapai hampir 500TWH (Terawatt Hours). Bagaimana cara memenuhi kebutuhan energi dengan angka fantastis ini?

image

Gas alam: bukan hanya alternatif lagi

Untuk pembangkit listrik, Indonesia kini sangat mengandalkan tenaga air, tenaga uap, dan batu bara. Tapi sebenarnya, gas alamlah sumber energi yang paling menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia saat ini–dan yang lebih penting lagi–di masa yang akan datang, karena ketersediaannya melimpah, dan harganya sangat bersaing dari batu bara. Walaupun saat ini infrastruktur pipa gas masih dalam pengembangan, namun ternyata tingkat penggunaan gas alam sudah mulai meningkat. Salah satunya di sektor industri, seperti industri komponen misalnya.

Ketersediaan gas alam di Indonesia sudah mencukupi untuk kebutuhan domestik, bahkan ada sisa untuk ekspor (dengan angka yang semakin bertambah.Di saat pemberdayaan listrik menggunakan batu bara mulai berkurang, gas alam punya peluang menjadi bukan lagi sumber energi alternatif, tapi sumber energi utama yang baru.


Tantangan buat mempopulerkan gas alam sebagai sumber energi utama di Indonesia saat ini adalah infrastruktur pipa gas yang masih terbatas. 80% dari pipa gas yang sudah terpasang, yang mengalirkan gas alam dari sumber ke pengguna, terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera saja.

image

Dibutuhkan solusi yang cerdik untuk mengatasi kendala infrastruktur ini. Pertama, Indonesia harus membangun lebih banyak infrastruktur pipa gas di pulau-pulau lain selain Jawa dan Sumatera. Kemudian, kita juga harus mengembangkan CBM (Coal Bed Methane, salah satu jenis gas alam yang paling ramah lingkungan) secara lebih proaktif, dan menemukan cara-cara baru yang inovatif untuk menyalurkan gas dari sumber ke pengguna.

Inovasi virtual pipeline

Di poin terakhir tadilah, GE bisa punya andil yang cukup besar. GE mempunyai inovasi cara distribusi yang sangat cocok untuk karakter geografis Indonesia: virtual pipeline. Teknologi ini mampu mendistribusikan LNG (Liquefied Natural Gas) atau CNG (Compressed Natural Gas) dengan menggunakan pipa “virtual” dalam skala yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan listrik di semua daerah di Indonesia. Cara ini sangat efektif untuk menyiasati infrastruktur pipa gas yang terbatas atau malah belum tersedia sama sekali, dan dengan biaya yang lebih ringan.

image

Pemerintah akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama jika mereka ingin membangun infrastruktur pipa gas dari sumber ke daerah konsumen di seluruh Indonesia. Sementara, inovasi virtual pipeline dapat mengantar gas alam dari sumber ke pengguna tanpa perlu sambungan pipa. Pipa diganti dengan alat transportasi khusus yang dapat menampung LNG atau CNG dan mengantarkannya langsung ke tempat penyimpanan di daerah-daerah yang memerlukan.

image

Inovasi virtual pipeline ini membuka kemungkinan agar distribusi gas alam di Indonesia semakin merata—tidak hanya terpusat di kota tapi juga memenuhi kebutuhan energi masyarakat di daerah-daerah pelosok. Ironi yang manis, bahwa sesuatu yang virtual punya peluang untuk menciptakan perubahan yang nyata bagi rakyat Indonesia. Suatu saat, bukan cuma pizza saja yang bisa dipesan lewat delivery, tapi juga gas alam sebagai sumber energi untuk menggantikan listrik!