Skip to main content
header-image

GE Berbicara: Enlit Asia Digital Festival Dalam Rangka Hari Listrik Nasional

December 17, 2021

Hari Listrik Nasional memiliki akar yang cukup dalam, yakni pada tahun 1945, ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya dari Belanda. Sekitar dua bulan setelah Hari Kemerdekaan, Presiden Sukarno membentuk organisasi pertama pasca-kemerdekaan di Indonesia yang ditugaskan untuk mengelola penyediaan gas dan listrik di negara ini. Sepuluh tahun kemudian, tanggal tersebut dianggap begitu penting dalam sejarah bangsa ini sehingga dinyatakan sebagai Hari Listrik dan Gas Nasional melalui Keputusan Menteri.

Sejak saat itu, Hari Listrik Nasional dirayakan hampir setiap tahun di Indonesia. Perusahaan listrik negara PT PLN merayakan hari tersebut dengan mengadakan aksi sosial, pertandingan olah raga untuk pegawai, perlombaan, seminar kelistrikan untuk ajang berbagi pengetahuan di antara para pemimpin dan pakar energi. Mungkin terlihat aneh bahwa Indonesia merayakan hari listrik, namun sebenarnya hari tersebut merupakan salah satu hari besar yang membentuk dan memperkuat identitas nasional.

Bagi pegawai PT PLN, perayaan tersebut menekankan arti penting pekerjaan mereka bagi negara dan menanamkan kebanggaan atas kontribusi mereka dalam menyediakan listrik bagi bangsa. Sedangkan bagi elemen bangsa lainnya - suatu bangsa yang sudah membuat capaian besar dalam menyediakan listrik bagi penduduknya meskipun belum dapat menyediakan listrik bagi seluruh penjuru negeri - Hari Listrik Nasional menjadi saat untuk memupuk harapan, mimpi dan kisah tentang teknologi ini. Dalam menciptakan suatu budaya yang berkontribusi pada pembangunan bangsa yang sadar akan listrik, penduduknya perlu menyadari pentingnya teknologi bagi kehidupan mereka sehari-hari dan bagi kehidupan bangsa.

 

Perayaan Berlanjut Hingga Memasuki Transisi Energi Global

September yang lalu, acara utama 2021 dalam Enlit Asia, Enlit Asia Digital Festival yang diadakan dalam rangka Hari Listrik Nasional ke-76 mengumpulkan secara digital pemimpin bisnis dan energi dari berbagai perusahaan utilitas dan Independent Power Producers (IPP) di ASEAN selama dua hari untuk belajar dan berbagi pengetahuan tentang hal-hal terkait dengan dekarbonisasi dan transisi energi di kawasan ini yang mengacu pada Perjanjian Paris 2015.

Sebagai acara kelistrikan terbesar di kawasan ASEAN dalam dua tahun terakhir ini, acara tersebut menghadirkan sederetan pembicara utama dan diskusi yang komprehensif dan mencakup dua tema utama tentang digitalisasi: seperti apa transisi energi global bagi negara-negara di kawasan ini, dan berbagai teknologi baru yang mampu mengubah sektor energi. 

General Electric merasa bangga menjadi sponsor dalam acara energi terpenting ini dengan bergabung bersama sejumlah pakar dalam panelis di dua sesi terpisah untuk membicarakan upaya dalam mempersiapkan sistem kelistrikan di kawasan ini demi menyongsong masa depan energi bersih, dan pentingnya mempersiapkan keandalan aset untuk menjamin kualitas di seluruh rantai pasok energi.

 

Menjamin Kualitas Pasokan Melalui Solusi Menyeluruh

Cindy Quah, APAC Regional Sales Leader GE Grid’s Digital Services, berbicara dengan para pemimpin  industri energi Indonesia untuk berbagi pengalaman di industri ini, yang diperoleh dalam dua dasawarsa terakhir, di sesi yang bertemakan “Reliability Improvement to Secure Quality of Supply”.

Dalam diskusi tersebut sejumlah panelis yang sangat berpengalaman membagikan informasi mengenai berbagai proyek yang melibatkan mereka, terutama dalam memperbaiki aset pembangkit listrik, aset jaringan listrik. Selain itu ada beberapa pembelajaran yang dapat diterapkan di kawasan ini dalam upaya meningkatkan keandalan dan stabilitas sistem kelistrikan untuk mencapai tujuan bersama, yakni nol emisi karbon, melalui transisi ke energi hijau. Dari beberapa tren di bidang perbaikan keandalan aset kelistrikan, sebagaimana diceritakan oleh para panelis, terdapat tren perpindahan dari perawatan aset yang sifatnya berbasis waktu dan prediksi menuju ke perawatan yang berbasis pada keadaan. Metode pengumpulan data dan penerapan analitik canggih pada koleksi data, sebagaimana diceritakan oleh Quah, merupakan metode yang lebih hemat daripada perawatan yang berbasis waktu dan ini sudah menjadi tren di kalangan perusahaan utilitas. Tujuannya adalah untuk mendapatkan lebih banyak sudut pandang tentang kinerja aset dan memungkinkan perusahaan untuk menjadwalkan perawatan dengan lebih efektif.  

Para panelis juga menyoroti pentingnya digitalisasi dalam transisi energi hijau. Pemantauan aset secara digital telah membuat industri energi mampu membuat keputusan dengan lebih dinamis dan berbobot berdasarkan data yang berasal dari berbagai sudut pandang, yang pada akhirnya menurunkan biaya, meningkatkan efisiensi perawatan dan bahkan menjadi landasan investasi. Dengan menekankan pentingnya suatu pendekatan yang menyeluruh untuk menciptakan solusi, panel juga berbagi-bagi pengalaman dari lapangan di Indonesia yang terbukti berguna untuk meningkatkan keandalan aset energi. Ini termasuk upaya membangun hubungan baik dengan para pemasok agar pasokan yang berkualitas lebih diprioritaskan pengirimannya.

 

Membangun Masa Depan Energi Hijau, Bersama

Som Shantanu, GE Gas Power’s Regional Engineering Director, bergabung dengan para pemimpin dari berbagai sektor industri energi di ASEAN, antara lain sektor investasi, strategi, penelitian, dan penerapan dalam suatu sesi yang bertemakan Creating a Flexible Power System: Supporting ASEAN’s Cleaner Energy Future.

Panel ini dengan cermat mengangkat sejumlah topik, seperti visi sistem kelistrikan kawasan ini dalam waktu beberapa dasawarsa ke depan, langkah-langkah yang diambil oleh para pemimpin di bidang energi untuk mencapai sejumlah target jangka panjang dan jangka pendek, serta berbagai solusi teknologi untuk transisi energi. Sebagaimana disepakati oleh panel tersebut, penetrasi energi terbarukan di dalam sistem energi di kawasan ini sangat dibutuhkan, namun akan memunculkan berbagai tantangan dalam stabilitas dan fleksibilitas sistem karena adanya potensi intermitensi dan keragaman energi terbarukan. Berbagai perubahan ini akan menuntut adanya jaringan listrik yang lebih fleksibel daripada sistem yang ada saat ini. Artinya, hal ini akan menuntut adanya investasi besar-besaran dalam infrastruktur jaringan, khususnya di Asia Tenggara karena di kawasan inilah investasi jaringan diharapkan akan mencapai sepuluh kali lipat pada tahun 2050 dari jumlah investasi saat ini.

Inovasi teknologi, khususnya untuk menurunkan biaya hidrogren hijau dan tempat penyimpanan energi setingkat jaringan akan memainkan peran penting dalam pengadopsian energi bersih oleh semua pemangku kepentingan – dari produsen listrik hingga perusahaan utilitas dan pelanggan. Pada saat yang bersamaan, negara-negara ASEAN juga diuntungkan dalam transisi energi ini. Kawasan lain seperti Eropa telah melakukan penelitian besar-besaran pada sistem dan teknologi yang dibutuhkan untuk mendapatkan pasokan energi dengan harga terjangkau, dan berkelanjutan. Eropa juga memberikan banyak ragam solusi dan pembelajaran untuk membimbing pengadopsian teknologi hijau dengan lebih cepat demi terciptanya sistem dekarbonisasi sepenuhnya di Asia. Meski demikan, sebagaimana dikatakan oleh Shantanu dari GE, “Penting bagi para pemain di kawasan ini untuk bertindak sekarang juga, khususnya dengan mulai mengambil langkah kecil untuk meraih hasil yang mudah dijangkau dalam transisi energi, seperti melakukan penyesuaian teknis turbin gas sehingga dapat menghasilkan listrik yang lebih hijau dan meningkatkan efisiensi pembangkit listrik.”

 

Menciptakan Jaringan Yang Saling Terkoneksi untuk Masa Depan Energi Hijau ASEAN

Para panelis menyimpulkan dengan menyatakan bahwa kunci keberhasilan terletak pada adanya suatu jaringan ASEAN yang saling terkoneksi, dan kerja sama negara-negara di kawasan untuk bekerja bersama demi memuluskan terjadinya transisi yang stabil dan cepat menuju energi bersih. Ini menjadi faktor penting dalam membantu kawasan ini untuk mencapai dan mempertahankan masa depan hijau yang stabil.

Categories