Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

Upgrade yang Membuat PLTU di India Menjadi Lebih Efisien

February 21, 2018
Ramagundam, adalah kota di India bagian selatan, yang dijuluki sebagai kota energi oleh rakyat India. Alasannya, di kota itu, tepatnya di tepian sungai Godavari, berdiri sebuah PLTU berkapasitas 2.600MW, yang merupakan pembangkit terbesar di India. PLTU ini untuk memenuhi kebutuhan energi yang sangat besar di India, termasuk melistriki, setidaknya 20 juta rumah penduduk.
Tapi selain mengejar kuantitas, saat ini ada upaya yang cukup serius untuk mengejar kualitas produksi, lewat memodernisasi PLTU agar lebih efisien. Ini juga untuk  mengejar target Pemerintah India, yang menginginkan berkurangnya polusi udara akibat beroperasinya pembangkit listrik.

National Thermal Power Corporation, sebagai operator pembangkit Ramagundam,  telah menghabiskan sekitar 65 juta dolar AS untuk melakukan retrofit pada tujuh unit turbin yang telah beroperasi sejak 1983 hingga 2004. Selain itu, juga dilakukan pembaruan terhadap empat cerobong asap yang ada. Salah satu dari keempat cerobong tersebut, tingginya 275 meter, dan merupakan cerobong tertinggi di India.

Langkah upgrade untuk meningkatkan kualitas produksi dan efisiensi


Pusat Efisensi Daya GE pun dipercaya untuk melakukan upgrade pada PLTU Ramagundam, baik secara hardware atau software. Mike Donohue, Kepala Bagian Pemasaran di Unit Pelayanan Energi GE Power, mengatakan, bahwa saat ini pembangkit tersebut memerlukan teknologi baru.

“Dengan meng-upgrade PLTU menggunakan teknologi terbaru kami, maka akan mengurangi emisi yang setara dengan yang dihasilkan semua mobil di Amerika Serikat,” ujar Donohue.

Ditambahkannya, langkah upgrade tersebut, jika diterapkan pada semua pabrik batubara tua yang ada di India, bisa membantu India mengurangi emisi CO2 sampai sekitar 12 persen. Dan dengan solusi ini, PLTU nantinya bisa mengurangi emisi CO2 hingga sebesar 924 metrik mega ton, atau setara dengan yang dihasilkan seluruh emisi di Jerman.

Menurut Donohue, India adalah tempat yang tepat untuk meng-upgradebatubara bersih, seperti teknologi yang akan digunakan di Ramagundam. Hal ini kerena India menggunakan batubara dalam negeri berkualitas rendah, untuk menghasilkan 70 persen listriknya.

Akibatnya, batubara dari PLTU akan melepaskan dua kali emisi panas. Ini juga akan menghasilkan sekitar 40 persen lebih banyak kandungan debu. Selain menghasilkan kotoran, abu hasil pembakaran juga akan menurunkan suhu pembakaran batubara.

“Artinya, pembangkit listrik perlu menggunakan lebih banyak batubara untuk menghasilkan megawatt. Ini lingkaran setan,” ujar Donohue.
image

Dalam prosesnya, upgrade memiliki empat tahapan penting. Pertama, teknisi akan melapisi permukaan penggilingan mesin batubara dengan karbida tungsten ultra keras dan lapisan krom kobalt yang diaplikasikan dengan nosel udara berkecepatan tinggi, sehingga bisa mendepositkan lapisan tebal.

Permukaan yang lebih keras ini akan memungkinkan mesin untuk menggiling batubara lebih halus, sehingga meningkatkan luas permukaan bahan bakar dan memungkinkan untuk membakar 10 persen lebih panas.

Tahapan kedua melibatkan injeksi amonia ke dalam gas buang, sebelum meninggalkan ketel, di dalam struktur yang menjulang, agar batubara yang terbakar bisa mengubah air menjadi uap untuk turbin. Amonia bereaksi dengan belerang dalam gas, untuk menghasilkan amonium sulfat.

Ketiga, tim GE akan membuka turbin uap dan mengganti baling-balingnya dengan yang lebih modern dan ringan. Diharapkan, uap akan mampu memutar baling-baling lebih efisien, dan memberikan lebih banyak pasokan listrik ke dalam pembangkit.

Langkah keempat,GE  akan memasang software GE Digital Power Plant yang dapat menganalisis data dari 10.000 sumber sensor. Ini akan membantu operator untuk mengukur jumlah batubara tepat guna, yang digunakan untuk membakar, dan pada suhu yang tepat untuk memaksimalkan efisiensi. Perangkat lunak ini juga dapat memprediksi kapan produsen harus melakukan perawatan dan mengurangi waktu henti yang tidak direncanakan, hingga 5 persen.

Kombinasi upgrade perangkat keras dan perangkat lunak ke tiga turbin uap 200MW Ramagundam ini diharapkan bisa meningkatkan pasokan listrik sebesar 30MW, atau setara untuk tambahan pasokan listrik ke 40.000 rumah.

Selanjutnya, langkah upgrade juga akan menggantikan turbin sebelumnya, yang dibuat oleh perusahaan Italia, Ansaldo Energia, dan dipasang pada 1982 dan 1983.  GE akan menggantikannya dengan tiga unit turbin baru, yang 4 persen lebih efisien, sehingga efisiensi meningkat jadi 38%.

Upgrade ini juga akan mengurangi jumlah batubara yang dibakar 270.000 ton per tahun. Menurut Donohue, perbaikan turbin dan boiler akan menghasilkan 2,5 persen keuntungan efisiensi; sementara untuk softwaredan analisis bisa menambahkan 1,5 persen.

Upgrade ini juga hanya akan memakan waktu beberapa bulan, untuk memperpanjang umur turbin hingga 20 tahun. Donohue mengatakan, investasi akan kembali dalam waktu 12 sampai 18 bulan.

Selain India, sebenarnya upgrade ini juga telah dilakukan di China, sehingga bisa mengurangi emisi CO2 dari PLTU sebesar 9 persen. Untuk proyek di Amerika Serikat, sebesar 12 persen. Tak ketinggalan Eropa Timur, Rusia, Jerman, dan Afrika Selatan yang juga dapat secara signifikan mengurangi emisi CO2, dengan meningkatkan kinerja PLTU-nya.

Hal ini penting, karena batubara diperkirakan akan tetap menjadi sumber energi terbesar di dunia, terutama di negara berkembang, sampai energi terbarukan diperkirakan bisa menggantikannya pada 2040, sebagai sumber listrik utama.

“Hari ini kita bisa mengubah dunia agar menjadi lebih baik dari dari masa lalu. Dengan PLTU, dulu anda harus melepaskan efisiensi untuk mendapatkan kepatuhan terhadap emisi. Sekarang, Anda dapat memiliki kepatuhan terhadap emisi, dan meningkatkan efisiensi. Ini adalah game changer, ” tandas Donohue.