Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

Peran GE dalam Proyek Wind Farm di Thailand dan Vietnam

Lukya Panggabean
February 18, 2019
Perkembangan energi yang bersumber dari angin di kawasan Asia Tenggara tak kalah menariknya dibandingkan di Eropa. Hal ini terjadi karena negara-negara Asia Tenggara juga memiliki kesadaran tinggi mengenai pentingnya mengurangi konsumsi energi fosil.
Jadi, satu di antara langkah yang dianggap paling tepat adalah membuat berbagai proyek Wind Farm  yang bisa mendistribusikan listrik dari energi bersih bagi kawasan sekitar. Khusus di Thailand dan Vietnam, GE telah mendukung teknologi dalam proyek PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) di dalam kedua negara tersebut. Seperti apa dukungannya?

 

Vietnam

GE Renewable Energy dan grup perusahaan asal Vietnam bernama Phu Cuong, bekerjasama mengembangkan, membangun, serta mengoperasikan PLTB fase 1 berkapasitas 800 MW di  Phu Cuong Wind Farm di provinsi Soc Trang, Vietnam. Proyek ini bagian dari ambisi Vietnam menghasilkan bauran energi terbarukan lebih dari 10 persen pada 2030.

Proyek Wind Farm senilai USD 2 miliar ini merupakan satu di antara dari lima perjanjian senilai lebih dari USD 5 miliar yang disepakati oleh GE dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam pada November 2016. Selain energi, tujuan lain membangun proyek tersebut adalah untuk mendukung pengembangan sektor penerbangan Vietnam. Pada fase kedua, kapasitas listrik dari  Phu Cuong Wind Farm akan ditambah 200 MW sehingga total kapasitasnya mencapai 1 GW.

GE Renewable Energy telah ditunjuk sebagai penyedia teknologi untuk kedua fase. Presiden dan CEO GE ASEAN, Wouter Van Wersch, mengatakan, "Pengembangan proyek ini semakin memperkuat kolaborasi antara ketiga perusahaan kami dan memperkuat komitmen bersama menggunakan inovasi teknologi demi mendukung tujuan energi terbarukan di Vietnam. Pasca proyek 1 GW ini, kami berharap dapat mengembangkan lebih banyak proyek PLTB sesuai."

Sementara itu, Chief Operating Officer Mainstream, Andy Kinsella, menambahkan, "Ini adalah perkembangan signifikan dalam menuju pengerjaan konstruksi. Diharapkan proyek ini bisa mendukung Vietnam dalam tujuannya memberikan 1 GW dari energi terbarukan pada 2020. Perjanjian ini bagian dari langkah strategis Mainstream untuk membawa energi terbarukan berskala besar dan berbiaya rendah ke pasar-pasar pertumbuhan tinggi di Asia, Afrika, serta Amerika Selatan dan Tengah. Kami berharap dapat bekerja sama dengan mitra kami dalam mewujudkan proyek ini."

Wakil GM untuk Phu Cuong Group, Phạm Quoc Anh menilai, memproduksi listrik dari energi angin sebenarnya merupakan cara baru di Vietnam. Menurut dia, sebagai salah satu pelopor, Phu Cuong Group, wajib bekerja dengan mitra berpengalaman dan berkapasitas untuk memastikan kualitas proyek tetap terjaga.

"GE dan Mainstream adalah mitra terbaik di bidang ini. Kami yakin, kolaborasi ini akan membawa keberhasilan bagi proyek, berkontribusi pada pengembangan energi hijau untuk rakyat Vietnam," kata Phạm Quoc Anh.

GE Renewable Energy memiliki fundamental yang kuat di Vietnam. Pabrik manufakturnya di kota pelabuhan Haiphong telah mempekerjakan 500 pekerja. Pabrik ini dapat menghasilkan banyak produk termasuk Generator Turbin Angin 1.X dan Generator Turbin Angin 2.X untuk komponen sistem kontrol listrik serta komponen fabrikasi.

 

Thailand

Perusahaan energi terbarukan asal Thailand, Wind Energy Holdings Co. Ltd (WEH) telah menggelontorkan uang senilai USD1,1 miliar, yang pembiayaannya berasal dari Siam Commercial Bank, untuk membangun lima turbin di onshore Chaiyaphum Wind Farm di provinsi timur laut Thailand, Nakhon Ratchasima dan Chaiyaphum. Proyek baru ini disebut sebagai proyek energi angin terbesar di Asia Tenggara.

Wind Farm di lokasi ini dianggap akan menjadi kebanggaan Thailand karena bakal berdirinya turbin-turbin yang tingginya menjulang 157 meter. Wind Farm akan menggunakan teknologi terbaru yang disediakan oleh Vestas dan GE. Setelah diperkirakan selesai pada 2019, PLTB ini bisa menambah hingga kapasitas 450 megawatt listrik ke jaringan nasional Thailand. Dari sini Thailand tercatat menaikkan bauran energi terbarukan nasionalnya dari 33 persen menjadi 40 persen.

Nop Narongdej, Ketua Komite Eksekutif WEH, mengatakan, "Lima turbin di proyek kami ini merupakan tonggak utama untuk WEH, namun juga merupakan tonggak penting bagi negara, yang telah menunjukkan sebagai pemimpin regional di ruang terbarukan."

Uniknya, lokasi Wind Farm ini cukup berdekatan dengan pemukiman masyarakat. Padahal biasanya PLTB harus berlokasi di daerah terpencil untuk meminimalkan berbagai gangguan. Meski begitu, WEH berhasil menginformasikan dampak positif dan Eco-Business, sehingga penduduk setempat sangat mendukung proyek tersebut.

Selain itu, di distrik Khao Kor, Provinsi Petchabun, sekitar 340 kilometer di utara Bangkok, terdapat PLTB 60 MW di kebun angin Khao Kor Wind Farm. PLTB ini dijuluki sebagai "Swiss-nya Thailand" karena turbin-turbin angin setinggi 120 meter terpasang di 1.050 meter di atas permukaan laut di antara daerah pegunungan rimbun serta cuaca yang sejuk.

Wind Farm yang dimiliki Khao Kor Wind Power Co, Ltd ini menghasilkan sejumlah manfaat bagi kawasan itu. Chatchaval Jiaravanon, Chairman Khao Kor Wind Power Co. Ltd mengungkapkan, fasilitas dalam Wind Farm distrik Khao Kor dapat menghasilkan listrik untuk sekitar 36.000 rumah tangga di lokasi setiap tahunnya.

"Selain itu, fasilitas ini juga bisa menciptakan peluang baru bagi ekonomi Petchabun yang telah lama bergantung pada sektor tradisional seperti pertanian, hortikultura dan pariwisata," kata Chatchaval Jiaravanon.

Selama proyek pembangunan berlangsung, proyek PLTB telah menciptakan lapangan kerja lebih dari 400 orang. Hingga hari ini, Wind Farm yang didukung turbin angin 24 2,5-120 dari GE tersebut dikelola oleh 25 karyawan. 24 turbin angin yang terpasang dalam Wind Farm tersebut, masing-masing menggunakan diameter rotor 120 meter agar dapat menghasilkan 2,5 MW daya per unit. Turbin 2,5-120 ini spesialis dalam dalam meningkatkan kapasitas listrik untuk daerah kecepatan angin rendah ke menengah seperti di Khao Kor.

Presiden dan CEO GE Thailand, Kovit Kantapasara, menggambarkan, Wind Farm Khao Kor sebagai proyek tonggak sejarah karena merupakan fasilitas Wind Farm pertama perusahaannya di Thailand. Ia berharap GE dapat mendukung lebih banyak proyek tersebut pada masa depan.

"Harapan ini terjadi, mengingat sumber daya alam kami, dan skala, peluang energi tenaga terbarukan adalah besar dan penting. Pemerintah Thailand juga memiliki rencana yang kuat untuk memprioritaskan bauran energi bersih di masa depan," Kovit Kantapasara menjelaskan.