Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

Komitmen AS untuk Mendukung Ketahanan Energi di Indonesia

February 09, 2018
Upaya untuk menyediakan solusi inovatif dan efektif yang bisa diandalkan untuk industri pembangkit di Indonesia terus dilakukan; terutama terkait usaha menekan biaya yang mesti dikeluarkan masyarakat untuk mengakses listrik.
Salah satunya lewat kemitraan inovatif dengan lembaga yang relevan, seperti US Power Working Group, yang mempertemukan 55 perusahaan Amerika Serikat (AS) dan 8 lembaga pemerintah AS untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan energi di Indonesia. Deretan projectterkait pun dibahas di Indonesia Energy Day 2018 yang berlangsung di kantor Kementerian ESDM, Januari kemarin.

Dalam sesi khusus, Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph Donovan berujar, “Proyek-proyek yang ditinjau hari ini menunjukkan inovasi dan teknologi AS yang mampu mendukung usaha energi hemat biaya, andal, dan berkelanjutan untuk Indonesia.” Ia juga mengungkapkan, bahwa AS sendiri sudah mengucurkan dana hibah sampai 300 juta dolar AS pada pemerintah Indonesia, untuk dana riset di bidang efisiensi energi.

Donovan pun menegaskan, komitmen perusahaan AS untuk mewujudkan ketahanan energi di sektor ketenagalistrikan dengan harga terjangkau. Komitmen itu akan diwujudkan dalam kerangka kerja di antara perusahaan AS dan PT PLN (Persero).

Lalu, ada pula pandangan yang menyoroti aturan tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menurut Donovan, aturan soal konten lokal itu bisa menciptakan ketidakseimbangan perdagangan yang berlangsung selama ini. “Saya harap, ke depannya, aturan ini bisa dibicarakan dengan stakeholders, agar bisa lebih baik lagi,” ujarnya.
image

Pada acara Indonesia Energy Day 2018 juga, Menteri ESDM Ignasius Jonan menyatakan hal tentang penentuan tarif dalam proses jual beli listrik oleh PLN dan pihak swasta; disebutkan, pemerintah akan bersikap adil dan menyerahkan proses sepenuhnya pada model business to business (B2B).

Ditegaskan Jonan, yang penting listrik harus bisa diakses oleh masyarakat dengan harga terjangkau. “Jadi, kalau kita bisa meraih 100 persen rasio elektrifikasi, tapi banyak masyarakat, terutama dari kalangan menengah ke bawah tidak mampu menikmati akses listrik, maka kecemburuan sosial akan meningkat kuat,” tegas Jonan.

Mendukung hal itu, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengungkapkan bahwa dari kegiatan seperti ini diharapkan bisa membuka lebih banyak kesempatan kerja sama dalam bentuk dana, inovasi, transfer teknologi, dan pengetahuan; untuk mewujudkan energi berkeadilan di Indonesia. Dengan demikian, rasio elektrifikasi bisa meningkat, dan dengan harga terjangkau untuk masyarakat.

“Energi berkeadlian tidak akan tercapai kalau hanya mengandalkan apa yang ada di pemerintahan. Maka itu, perlu kolaborasi, untuk mendorong terciptanya energi yang affordable buat masyarakat Indonesia,” turtur Arcandra.

Arcandra juga mengimbuhkan, bantuan yang akan diberikan AS adalah teknologi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP). Harapannya, bantuan itu bisa memperbanyak pembangunan pembangkit di sektor energi baru terbarukan (EBT). “Ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, apalagi pemerintah memiliki komitmen untuk pemerataan listrik di Indonesia bagian Timur,” katanya.

Pada acara itu juga ada beberapa sesi diskusi panel yang melibatkan perwakilan pemerintah dan pelaku usaha dari Indonesia, juga Amerika Serikat. Seperti sesi yang membahas tentang peningkatan efisiensi dan performa pembangkit listrik, khususnya PLTU Batubara yang dibangun dalam kerangka proyek 10.000MW tahap I; temanya Improving the Efficiency of Fossil Fuel-based Power.

Lalu, ada pula sesi Achieving Indonesia Rural Electrification Target yang membahas isu elektrifikasi untuk wilayah pedesaan, khususnya daerah terpencil, termasuk peluang perusahaan atau investor asing untuk berpartisipasi melistriki wilayah tersebut.

Sementara soal pembangunan transmisi untuk pembangkit-pembangkit listrik baru dan penerapan teknologi smartgrid pada jaringan transmisi dan distribusi dibahas dalam panel bertajuk Transmission, Distribution, Smartgrid. Dan dibahas pula topik energi baru terbarukan, termasuk teknologi panas bumi dalam panel Renewable Energy Development.

Kegiatan itu dihadiri sekitar 200 undangan, termasuk pejabat dari Kementerian ESDM, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, PLN, sekitar 30 perusahaan energi Indonesia, perwakilan Kedubes AS, Departemen Energi AS, National Renewable Energy Laboratory (NREL), Millennium Challenge Corporation (MCC), Badan Pembangunan Pemerintah AS (USAID), Overseas Private Investment Corporation (OPIC). Badan Perdagangan dan Pembangunan AS (USTDA), dan eksekutif dari 36 perusahaan energi AS.