Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

Joko Prakoso dan Tugas GE Memoderenisasi Grid Listrik Indonesia

Lukya Panggabean
January 21, 2019
GE Grid Solution adalah perusahaan global hasil joint venture antara GE dengan Alstom pada 2015. Di antara jenis produk dan layanan perusahan yang mempunyai sekitar 80.000 jumlah pegawai di 80 negara ini adalah power electronics, peralatan listrik tegangan tinggi, otomatisasi dan proteksi, solusi software, dan konsultasi pengembangan proyek.
“Kami merupakan bagian dari GE Power, yang fokus di bagian penyambungan dan mengevakuasi listrik dari pembangkit hingga ke jaringan listrik hingga di distribusikan ke yang lebih rendah, yaitu masyarakat dan Industri. Namun, kami juga ditugaskan memodernisasi grid khususnya di Indonesia,” kata Country Director Grid Solutions GE Indonesia, Joko Prakoso kepada GE Report.

"Kami ditugaskan karena ini juga bagian penting agar pasokan listrik bisa andal, optimal tanpa gangguan. Apalagi dengan moderenisasi grid, pasokan listrik bisa lebih terjamin," ia menambahkan. Lantas hal apalagi yang ingin diutarakan Joko terkait GE Grid Solutions? Berikut ini adalah wawancara mengenai hal tersebut:

Bisa dijelaskan siapa saja costumer GE Grid Solution?

Kami melayani dua sektor yaitu utility dan private industri. Untuk industri, rata-rata jaringan layanannya terpisah karena kebutuhan listriknya cukup besar antara 60-120 MW. Listrik yang dialirkan khusus digunakan di kawasan industri tersebut menggunakan Gardu Induk (GI) khusus.

Sejauh ini, dari dua sektor tersebut mana yang lebih besar porsi bisnisnya?

Utility masih terbesar, sekitar 90% dari total proyek. Karena hampir semuanya listrik dari pembangkit baik milik pengembang listrik swasta maupun PLN masuk ke transmisi milik PLN. Sisanya 10% dari sektor industri, yang mana sejauh ini kami sudah menangani beberapa proyek jaringan wilayah industri seperti Inalum dan kawasan industri lainnya.

Bisa dijelaskan, sejauh ini, GE Grid Solutions bisnisnya seperti apa?

Berbicara mengenai bisnis, selain full EPC (Engineering Procurement, Constructions), kami juga pasok berbagai produk listrik. Produk yang kami miliki bermacam-macam, kebanyakan yang high voltage seperti Alternating Current (AC) hingga 500 kV. Selain itu ada Circuit Breakers (CB), Current Transformer, Power Transformer, GIS, HVDC dan beberapa macam lainnya.

Di Indonesia produk yang banyak kami pasok adalah power transformer dan Air Instulated Switchgear (AIS) yang di produksi di pabrik Unindo, Jakarta Timur. Kenapa bisa besar? Karena lewat open book, yang mana PLN membeli produk ke pabrikan atau produsennya langsung. Nanti secara terpisah barulah ditenderkan untuk pemasangan dan lainnya.

Porsi pendapatan dari keduanya?

Untuk sub bisnis Grid Solution GE di Indonesia pendapatannya sekitar USD210 juta per tahun. Rerata kontribusi dari full EPC 40% dan penjualan produk hingga 60%. Pada tahun ini, kami pun memasang target pada angka yang sama.

Apakah optimistis targetnya tercapai, tahun ini?

Sejauh ini kami masih optimistis, beberapa kontrak baru kami peroleh. Awal Agustus, kami mendapat Notice of Award (NOA) dari PLN, untuk pengadaan AIS melalui open book. Nilainya sekitar USD30 juta. Selain itu ada juga pengadaan CB dan DS. Untuk ini kami mendapat pesanan dengan volume yang cukup besar sekitar 36% dari total kebutuhan. Sisanya PLN memesan lewat Crompton Greaves dan ABB.

Bisa dijelaskan mengenai pengadaan dan pendapatan?

Kami sudah mengantongi beberapa kontrak pengadaan. Hingga semester 1 2018, untuk sub bisnis GE Grid Solutions telah mengantongi pendapatan sebesar USD105 juta. Targetnya hingga akhir tahun, bisa mengejar perolehan sekitar USD205 juta.

Saat ini, ada berapa proyek jaringan yang berjalan?

Ada beberapa proyek besar yang sedang kami tangani untuk utility dan power grid. Proyek dari pembangkit listrik swasta seperti di Pemalang dan Batang, Jawa Tengah. Ini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang kapasitasnya 2x1.000 MW, milik PT Bhimasema Power Indonesia (BPI), yaitu perusahaan konsorsium dari Electric Power Development Co. Ltd, (J-Power), PT Adaro Power dan Itochu Corporation.

Di sisi lain, kami baru saja menyelesaikan milestone jaringan yang digunakan sebesar 500 kV. Penyambungan jaringan dari PLN ke pembangkit sudah dilakukan, tinggal penyelesaian beberapa tower transmisi, totalnya ada 11. Mudah-mudahan akhir Agustus ini targetnya beres. Proyek ini memang tergolong unik karena selain pemasangan substation ada juga 500 kV transmission line.

Kami ada juga Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1, kapasitas sekitar 1.760 MW yang berada di Cilamaya, Kawarang, Jawa Barat. Yang ini masih dalam proses, kami berharap pada bulan September sudah bisa berjalan.

Kedua proyek besar tersebut, kira-kira berapa nilai konstribusi untuk perusahaan?

Nilainya sangat signifikan, yang dengan BPI itu hampir 40% dari total target pendapatan tahun ini.

Selain bisnis yang sedang berjalan, saat ini ada tidak proyek-proyek yang sedang dituju oleh GE, baik melalui tender dengan PLN maupun lainnya?

Tentu, ada beberapa proyek yang kami jalani prosesnya. Terbaru, kami ikut tender PLN untuk pengadaan Gas Instulated Switchgear (GIS) 500 kV Muara Karang, Jakarta Utara. Selain itu ada beberapa yang sedang tahap evalusi. Ada juga yang prosesnya kami sebagai dukung untuk pengadaan 500 kv Ampel Cikalong juga 275 kv dari Jawa ke Sumatera.

Kembali mengenai perusahaan, target jangka panjang GE khususnya di Grid Solution ini akan seperti apa?

Kami masih terus berupaya mencari terobosan-terobosan. Tentunya ini untuk membantu PLN memiliki dan membangun jaringan yang lebih efisien. Selain itu, pengadaan kelistrikan untuk daerah yg terisolasi, juga teknologi yang mampu mengintegrasikan pembangkit listrik berbasis energi baru sudah terbarukan. Kami sudah punya beberapa solusi dan teknologi untuk ke sana.

Seperti apa teknologinya?

GE punya teknologi baterai. Selain itu, kami juga punya teknologi untuk networking system. Sistem tersebut nantinya bisa merekam bahkan mendeteksi seberapa besar listrik yang bisa atau akan dihasilkan dari pembangkit A atau B. Misalnya, untuk seminggu ke depan listrik yang dihasilkan dari pembangkit A sekian megawatt, dan kapan tepatnya listrik itu akan dihasilkan. Jadi ketika kebutuhan listrik di lokasi A kurang, backup dari power generation itu bisa disiapkan. Ketika listrik dari sini menipis, listrik dari baterai ini sudah bisa masuk. Dengan begitu suplai listrik akan lebih stabil.

Apakah itu sudah diaplikasi?

Untuk di Indonesia belum karena kebanyakan kelistrikan di sini masih konvensional. Di beberapa negara lain, produk ini sudah digunakan. Kemarin kami sudah mendiskusikan ini dengan PLN, memang belum siap. Tapi untuk kelistrikan di daerah 3T yaitu; Tertinggal, Terdepan dan Terluar, kami sudah ada beberapa solusi, seperti penggunaan listrik 50 watt. Itu digunakan untuk satu area kecil saja.