Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

Intan Indahsari, Abdi Dunia Medis Lewat Peralatan Kesehatan

February 14, 2018
Ada titik saat kita, sebagai profesional, merasa bahwa bekerja hanya tentang berurusan dengan tekanan, dari hari ke hari. Dari berbagai arah.
Apalagi, jika posisi si pekerja masih ibarat pion dalam permainan catur. Pasukan yang berhadapan langsung dengan tuntutan konsumen, sekaligus memenuhi tujuan yang diinginkan atasan. Ada saja rasa lelah, atau bahkan tidak merasakan penghargaan atas pekerjaan yang ia jalani.

Hal itu pula sempat dirasakan Intan Indahsari, Channel Partners Support Specialist GE Healthcare. Padahal ia sebetulnya tahu, bahwa bekerja di bidang kesehatan itu sangat dekat dan menyentuh kehidupan manusia. “Tapi karena merasa ada tekanan, saya jadi sempat lupa gambaran besarnya,” ujar Intan.

Sampai ada satu saat, ketika ia mesti mengecek peralatan dalam jumlah sangat besar, untuk dimodifikasi karena tercatat bisa membahayakan konsumen —hingga ia harus menerima tekanan dari atasan, juga mitra dealer— dan membuatnya benar-benar tertekan, salah seorang koleganya berujar, “Intan, kamu bayangkan kalau sampai kamu tidak benar-benar perform mengerjakan hal yang sudah di depan mata ini, apakah kamu rela kalau keluarga, orang tua, atau saudara kamu diperiksa dengan alat itu?”

Ujaran itu membuat Intan seperti diingatkan lagi, bahwa apapun tekanan yang ia hadapi, setiap detail dari pekerjaannya sangat penting, karena menyangkut keselamatan dan tingkat kepercayaan pasien terhadap mesin atau alat kesehatan. “Sejak itu saya makin teguh, bahwa ini bukan soal target kerjaan, tapi lebih ke sisi lain yang lebih penting, yaitu bekerja untuk keselamatan,” ujarnya.

Intan sendiri mulai bergabung dengan GE pada 2012. Saat itu ia diterima di leadership program bernama Graduate Engineering Management Program. “Prosesnya saat itu panjang sekali, bahkan dari sebelum saya lulus kuliah. Dan memang, GE termasuk perusahaan yang saya sasar untuk jadi tempat kerja,” kisah Intan yang adalah lulusan Teknik Elektro ITB, fokus pada bidang studi Biomedika.

Bidang Teknik Elektro sendiri memang sudah diminati Intan sejak lama, bahkan saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah. “Gara-gara dulu, ada orang tua teman, atau teman orang tua saya yang memang dari bidang Teknik Elektro, dan saya lihat kok kelihatannya asyik. Mereka suka ngobrolin hal-hal yang menurut saya menarik. Dan ketertarikan itu menjadi benchmark buat saya, dan membuat saya ingin tahu lebih dalam,” ungkapnya.

Namun, seiring waktu ia pun menyadari bahwa bidang Biomedika yang kemudian ia ambil tidak menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar. “Sampai kemudian saya menemukan bahwa ada perusahaan yang memfasilitasi ilmu engineering yang dipelajari di konsentrasi Biomedika, lewat alat-alat kesehatan, yaitu GE,” tandasnya.

Saat membahas tentang solusi tantangan akses terhadap teknologi kesehatan, menurut Intan, terlepas dari soal investasi, yang juga tak kalah pentingan adalah ketersediaan expertise dan teknologinya. “Dan GE punya solusinya. Seperti saat ini sedang mengembangkan modality yang disebut ACP (Affordable Care Portfolio), atau produk teknologi kesehatan yang terjangkau dari sisi harga, lebih compact dari sisi teknologi, sehingga lebih fleksibel dan kalau ada masalah pun lebih mudah terdeteksi,” ulas Intan.

Maka itu, saat ada informasi lowongan di GE, Intan tidak melewatkan kesempatan untuk segera mengajukan diri; dan akhirnya bisa bergabung dengan GE. “Dari sejak bergabung pada 2012, baru pada 2014 saya jadi Field Engineer, di GE Healthcare. Lalu, karena dalam pekerjaan itu saya lebih banyak berhubungan dengan dealer (yang di GE biasanya disebut sebagai channel partner), dan membina relasi dengan mereka, pada 2015 saya menjalani peran di bagian Operations,” katanya menceritakan.

Apapun area yang ia pijak, Intan mengaku kalau perkembangan kariernya sejauh ini membuatnya bangga. “Karena memang dari awal kan saya mengincar bekerja di GE. Selain itu, selama berkuliah di bidang engineering, kita tentu ingin bekerja di bidang yang sama, dan itu saya keduanya saya dapatkan. Jadi tentu ada pride atas semua itu,” ungkapnya.
image

Ketika dibahas soal apa yang ia pikirkan ketika dialihkan dari lapangan ke Operations yang lebih banyak mengurus hubungan dengan channel partner, Intan berujar bahwa hal itu sama sekali tidak jadi isu, karena sejak kecil pun ia mengaku termasuk anak yang suka bergaul. “Dari SD saya sudah termasuk dalam kelas unggulan, dan kebanyakan anak di kelas unggulan bisa dibilang memang tidak banyak berinteraksi dengan anak-anak dari kelas lain. Sementara saya suka main dan menjaga hubungan baik sama siapa saja, termasuk dengan anak-anak dari kelas lain,” tuturnya.

Bicara soal pergaulan juga, sejak mulai fokus mempelajari teknik elektro di bangku sekolah, Intan sudah biasa berada di tengah lingkungan yang lebih banyak laki-lakinya ketimbang perempuan. Dan hal itu juga sama sekali tak jadi masalah buatnya, meski disebutkannya ada saja beberapa orang yang heran jika seorang perempuan menggeluti bidang tersebut. “Tapi buktinya saya bisa maju terus, bahkan terjun di lapangan ketika masa-masa awal bekerja di GE, yang juga lebih didominasi laki-laki,” ujarnya menandaskan.

“Karena kalau soal itu, bersyukur karena lingkungan pekerjaan saya tidak membeda-bedakan jenis kelamin. Semua punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan memberikan kontribusi. Justru, hal yang biasanya jadi tantangan datang dari diri sendiri. Misal, ketika saya pertama kali menikah, lalu hamil, dan punya anak, saja memutuskan untuk mengurangi pekerjaan di lapangan. Pada titik itu, iya saya menerima kodrat saya sebagai perempuan,” tegasnya.

Tapi, dilanjutkannya, keputusan itu bukan berarti menghalanginya dari karier yang ingin terus dikejarnya. “Karena kalau bicara soal healthcare di GE, para leader-nya, bahkan sampai di level regional, mulai dari Asia Tenggara, Asia Selatan, sampai Afrika, semuanya perempuan. Jadi, memang sebagai perempuan, mungkin ada masanya kita harus slowing down dulu, untuk lebih fokus, dan pada suatu titik akan kembali menemukan pijakan yang lebih kokoh,” kata Intan.

Ia juga bercerita kalau, ia suka berbincang dengan teman-teman seprofesi sampai ke para leader perempuan di GE yang ia jadikan benchmarkkariernya; dan disampaikannya bahwa, semua perempuan memang mengalami hal tersebut, bahwa ada beberapa titik dalam kehidupan untuk menata fokus, untuk kembali menjalaninya lebih baik lagi, dan mencapai hasil terbaik dari yang mereka harapkan.

“Jadi kalau memang harus ‘santai’ sejenak agar bisa lebih mengurus keluarga atau anak, tidak masalah. Lakukan, sembari meraba kembali peluang yang lebih baik, dan sesuai dengan kemampuan dan karakteristik kita, dari karier yang selama ini dijalani,” pungkas Intan.