Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

Geliat PLTS Rooftop di Indonesia

Lukya Panggabean
February 14, 2019
Kementerian ESDM memperkirakan potensi PLTS yang dipasang di atap bangunan akan mencapai 1,8 Giga Watt (GW) sampai 2 GW, dalam dua tahun pasca diterbitkannya Peraturan Menteri No. 49 tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Rooftop) oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyatakan, PLTS Rooftop sebenarnya memang harus segera dilaksanakan dari dulu oleh seluruh pemangku kepentingan. Apalagi berdasarkan survei potensi pasar PLTS Rooftop yang dilakukan IESR dan GIZ pada Oktober lalu menunjukan setidaknya ada 4 hingga 4,5 juta rumah tangga di pulau Jawa yang berminat untuk memasang PLTS Rooftop.

"Dengan syarat, adanya potensi penghematan listrik sebesar 30%, skema kredit dan biaya investasi dapat kembali di bawah jangka waktu tujuh tahun,” ungkap Fabby.

Ditambahkan Fabby Tumiwa, pemerintah juga seharusnya bisa berkaca dari pengalaman perusahaan listrik di negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapura yang sangat agresif berinvestasi di sektor energi surya dan bahkan melakukan upaya kampanye untuk menarik minat pelanggan untuk menggunakan PLTS Rooftop.

Terlebih, saat ini juga terdapat beberapa gerakan global oleh perusahaan-perusahaan multinasional, untuk berkomitmen menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan hingga mencapai 100%. “Ini juga peluang dan potensi bisnis yang sangat menjanjikan di masa depan,” tutur Fabby Tumiwa.

Di sisi lain, E Bawa Santosa, Executive Director Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), mengatakan, PLTS Rooftop sudah menjadi primadona di berbagai negara. Setiap tahun negara-negara maju meningkatkan kapasitas PLTS untuk memenuhi kebutuhan listrik. Hingga 2015, kapasitas kumulatif PLTS di seluruh dunia sebesar 227 GW.

“China menempati peringkat pertama negara terbesar yang memiliki kapasitas PLTS mencapai 45 GW, disusul Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Indonesia diyakini memiliki potensi tenaga surya 10 kali lipat daripada Jerman. Namun, penerapan PLTS di Indonesia masih sangat kecil, yaitu sebesar 86 Mwp (0,02% terhadap potensi)," ungkapnya.

Untuk itu, lanjut dia, organisasinya telah menginisiasi Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap belum lama ini. Gerakan ini bisa mendorong pemanfaatan EBT melalui pelaksanaan program pemanfaatan solar fotovoltaik pada atap bangunan baru perumahan dan bertujuan untuk mengimplementasikan solar fotovoltaik pada atap bangunan. “Targetnya lima gigawatt panel surya bisa terpasang di atap perumahan di seluruh Indonesia,” kata E Bawa Santosa.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana, menyatakan, dukungan pemerintah pada program PLTS Rooftop bertujuan untuk menghemat penggunaan listrik. Kemudian jika ada kelebihan daya pasokan PLTS Rooftop baru dijual ke PLN dengan masuk ke jaringan yang sudah ada. ”Namun ada batasan maksimum tidak boleh lebih dari 100 persen yang terinstall,” Rida Mulyana menjelaskan.

 

GE bantu proyek PLTS Atap di India

Salah satu contoh sukses GE bersama Negara Asia seperti yang dilakukan GE bersama Tata Power Renewable Energy (TPREL). Bersama anak perusahaan raksasa asal India, Tata Group, GE telah menandatangani perjanjian pembangunan PLTS Rooftop untuk enam lokasi manufakturnya di India. Proyek ini akan dilaksanakan dengan sistem Build-Own-Operate (BOO).

Instalasi proyek akan membantu menghasilkan lebih dari 1 juta kWh listrik per tahun, dan akan membantu menurunkan tarif listrik rata-rata 30%. PLTS Atap ini akan dipasang di pabrik di Durgapur di Bengal Barat, Pallavaram dan Hosur di Tamil Nadu, sebuah kawasan berikat industri di Pune. Pabrik lainnya yang akan dipasang adalah di Marhowra di Bihar dan fasilitas pemeliharaan di Roza di Uttar Pradesh.

Ashish Khanna, Presiden Tata Power Energi Terbarukan, mengatakan, “Proyek ini menegaskan kepemimpinan Tata Motor pada proyek-proyek PLTS Rooftop dan mencerminkan komitmen GE terhadap peningkatan energi surya untuk unit manufakturnya. Ini juga menunjukkan kepercayaan GE pada kemampuan Tata Power dalam menyediakan tenaga surya yang andal melalui kompetensi dalam solusi PLTS Rooftop. Kami berharap proyek ini juga bisa mendorong optimalisasi bisnis energi terbarukan di India."

Amit Kumar, VP Supply Chain, GE India dan Asia Tenggara, menilai, Indonesia memiliki banyak potensi PLTS Rooftop yang perlu dimanfaatkan secara maksimal demi memenuhi kebutuhan listrik. Menurut dia, bisnis manufaktur di Indonesia sangat penting dan bisa menjadi hal positif untuk keberlanjutan bisnis GE di negara tersebut. "PLTS Rooftop GE ini akan membantu kami mengurangi emisi karbon," katanya.

Tata Power Solar adalah peringkat satu di India dalam hal produksi listrik dari PLTS. PLTS Rooftop-nya telah memproduksi lebih 200MW dari total 1,45 GW listrik yang dihasilkan berbagai pembangkit yang telah didistribusikan ke seluruh India.

 

GE Solar

Secara global, bisnis PLTS Rooftop GE akan ditangani GE Solar. Solusi dan teknologi PLTS Rooftop GE dirancang khusus mempertimbangkan integritas struktural bangunan, umur PV, fleksibilitas pemasangan dan faktor lingkungan luar seperti debu, hujan dan sebagainya. Tata letaknya akan memperhitungkan unit dan pemeliharaan di atap, berkoordinasi dengan pengelola lokasi PLTS Rooftop.

GE sengaja memilih fleksibilitas  dalam penawaran agar pelanggan bebas memilih produk, struktur keuangan, atau konfigurasi apa pun yang sesuai dengan kebutuhan. Ini demi mendorong ROI pelanggan dengan secepatnya.