Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

GE Ciptakan Onshore Wind Turbines Terbesar

January 11, 2018
Pada era 1980-an, baling-baling turbin angin komersial sudah bisa dibuat dengan diameter sepanjang lapangan basket NBA (the National Basketball Association) oleh para produsen. Sejak itu, fokus pengembangan produk ini adalah ukurannya yang besar, karena bisa menghasilkan energi listrik yang besar pula.
Terkait itu, GE, sejak empat tahun lalu meluncurkan platform turbin angin berkapasitas 2MW dan 3MW, sampai pada September 2017 yang lalu, GE Renewable Energy mengumumkan onshore wind turbines berkapasitas 4,8MW, pun tercatat sebagai turbin angin terbesar di dunia.

Bayangkan saja, turbin ini memiliki diameter rotor kolosal atau baling-baling yang panjangnya setara dua sayap pesawat Boeing 747-8, atau jika seseorang berjalan dari ujung ke ujung lainnya, perlu waktu rata-rata dua menit, atau 5 detik kalau Anda berlari dengan kecepatan atlet lari kelas dunia, Usain Bolt.

Turbin bernama GE 4.8-158m ini memang sengaja didesain sebesar itu agar bisa menjangkau area sumber angin yang lebih luas, sehingga baling-baling bisa mendapatkan kecepatan maksimal untuk menggerakkan turbinnya, demi kapasitas listrik lebih besar. Ditambah lagi, tiang turbin yang lebih tinggi bisa menghasilkan kapasitas listrik lebih besar.

Kini juga, ada beberapa peraturan pemerintah setempat (di Amerika Serikat) terkait tingkat emisi suara untuk turbin angin onshore. Menanggapi hal itu, GE 4.8 bisa dioperasikan secara fleksibel untuk menangkal regulasi itu. Tingkat kebisingannya bisa ditekan hingga 104dB (A) sampai 100dB (A), karena turbin ini menggunakan smart control system.



Turbin angin untuk area onshore ini juga menjadi pencapaian sejarah, karena memecahkan rekor dunia sebagai turbin angin terbesar yang pernah dibuat oleh industri. Turbin ini dapat memproduksi 30% energi lebih besar daripada turbin GE sebelumnya, yang memproduksi maksimum 3,8MW.

Dari semua keunggulan itu, alhasil satu turbin ini saja bisa memasok listrik untuk setidaknya 5.000 rumah di Eropa.

Di area PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) yang mempunyai kecepatan angin sangat tinggi seperti di California Utara, Amerika Serikat, jenis turbin seperti ini memang belum terlalu dibutuhkan, karena spesifikasi turbin ini justru didesain untuk area angin yang kecepatan sedang. Termasuk juga ideal di Indonesia yang mempunyai kecepatan angin rendah-sedang, atau sekitar 3 sampai 7m/sec; atau rata-rata potensi Indonesia sekitar 60,6GW untuk 4 m/sec ke atas, dan 15GW untuk 6m/sec. Semua untuk ketinggian 50 meter.

Project Manager GE’s Next-Generation Turbines, Minesh Shah menjelaskan, membangun turbin angin yang diperbesar ukurannya, tidak mudah. Apalagi, makin besar turbinnya, maka mesinnya pun makin berat dan kompleks untuk direkayasa.

Untuk itu, para engineer berusaha merekayasa dan memperingan komponen materialnya; dari mulai baling-baling yang awalnya terbuat dari fiberglass sampai menggunakan karbon. Pada material menara yang menjulang ke langit setinggi 240 meter (setara dua pertiga tinggi Menara Eiffel), direkayasa menggunakan material baja ringan. Dan tak terkecuali komponen listrik pada bagian rotor juga direkayasa menggunakan material ringan.

Dengan dukungan teknologi terkini, sama seperti mobil, turbin angin akhirnya bisa dibuat lebih ekonomis dan hemat energi,. Material yang digunakan di rotor, sumber listrik, logistik, software, dan semua yang terhubung ke turbin bisa dikembangkan jadi lebih canggih.

GE 4.8-158 menggunakan control system dari GE Next Generation yang secara berkesinambungan bisa menyesuaikan kondisi angin, sehingga mengoptimalkan produksi tenaga listrik. Turbin angin ini juga terintegrasi dengan sistem GE Digital’s Asset Performance Management (APM) yang bisa mendeteksi masalah lebih cepat, mengubah berbagai aktivitas sistem yang tidak direncanakan, atau dikelola dengan tujuan menurunkan biaya operasi.

GE memperkirakan bahwa pengguna turbin angin ini nanti setidaknya akan membayar 15% lebih murah untuk biaya maintenance; karena sudah didukung fitur-fitur baru, seperti real-time diagnostic yang menghilangkan biaya pengiriman, dan machine head yang dirancang untuk meminimalisasi derek besar saat melakukan perbaikan.

Kemudian pada gearbox, memakai konstruksi modular, sehingga saat melakukan perbaikan menara, transformator dapat diturunkan tanpa derek eksternal. Untuk turbin 4.8MW pun telah terintegrasi sistem listrik, sehingga memudahkan saat troubleshooting. Dan pada nacelle, memiliki area pijak yang cukup luas untuk tenaga maintenance.
image

Turbin ini juga bisa digunakan lebih lama. “Kami merancang untuk bisa digunakan sampai 25 tahun. Apalagi jika kondisi lokasi PLTB sangat tepat, maka bisa digunakan lebih lama lagi. Bahkan jika bisa mencapai usia 25 sampai 30 tahun, maka biaya pokok produksi listrik akan turun,” imbuh Minesh.

Menurut Minesh juga, pengadaan barang untuk energi baru terbarukan di seluruh dunia umumnya sudah menetapkan keharusan menurunkan biaya pokok produksi listrik dari energi baru terbarukan. Selain itu juga, ia menyatakan kalau energi angin harus berdiri sendiri, dan masyarakat harus menuntut lebih banyak energi dari sumber bersih, yang tidak mahal juga,” tandasnya.

Intinya, dengan turbin angin yang lebih besar, kita bisa menjawab kebutuhan energi listrik. Apalagi dengan GE 4.8-158, biaya pun bisa ditekan jadi lebih murah.

Di Indonesia sendiri, turbin angin GE terpilih sebagai teknologi yang akan digunakan di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanah Laut yang berkapasitas 70MW; dan akan dibangun, dibiayai, serta dioperasikan oleh Total Eren. Letter of Intent (LoI) pembelian tenaga Listrik yang akan diproduksi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanah Laut ini telah ditandatangani PLN, saat konferensi One Planet Summit yang berlangsung di Perancis baru-baru ini.

“Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi biaya kelistrikan dengan sumber daya energi terbarukan. Melalui pilihan lokasi yang tepat, dan kualitas energi angin yang sangat baik –setelah seleksi tim kami di Indonesia dan keahlian tim GE, termasuk juga Pemerintah Indonesia dan PLN– kami berhasil memulai proyek ini dengan sukses dan terjangkau,” ujar Fabienne Demol, Executive Vice President – Global Head of Business Development, Total Eren.

Fabienne juga berharap agar kerja sama strategis ini manjadi awal dari tonggak penting yang menopang kesuksesan PLTB terkait memberikan manfaat buat semua pihak.