Skip to main content
×

GE.com has been updated to serve our three go-forward companies.

Please visit these standalone sites for more information

GE Aerospace | GE Vernova | GE HealthCare 

header-image

Dare to Lead 2018: 2 Jadi Kunci Kesuksesan dalam Dunia Kerja

Lukya Panggabean
November 14, 2018
Sekarang, selain kemampuan teknis akademis yang sangat baik, kemampuan komunikasi dan interpersonal (berinteraksi) menjadi hal penting untuk mencapai kesuksesan bekerja ataupun diterima bekerja di perusahaan.
Untuk itu, kemampuan komunikasi secara verbal atau non verbal baik dari sisi bahasa, penguasaan teknologi pendukung, dan sebagainya telah menjadi syarat penting yang harus dimiliki seorang manajemen, karyawan ataupun calon karyawan. Sementara itu, interpersonal skills yang merupakan kemampuan berinteraksi dengan orang lain mampu memainkan peranan penting dalam keseluruhan kinerja.

“Bisa dibilang tantangan terkini adalah komunikasi. Karena ini kunci menjelaskan berbagai gagasan ataupun persoalan. Tanpa komunikasi, sehebat apapun kemampuan serta pengalaman teknis dan manajemennya akan terasa kurang efektif,“ ungkap David Hutagalung, Country Leader GE (General Electric) Power Indonesia, kepada para mahasiswa dalam acara Dare To Lead 2018 di kantor GE di South Quarter, Jakarta Selatan.

“Di samping itu, secara interpersonal kita juga harus punya skills dan punya waktu khusus untuk bisa bertemu face to face dengan klien agar bisa menerangkan lebih jelas ataupun melakukan interaksi yang efektif saat video conference. Jadi, kita harus punya kemampuan ini dari mulai presentasi di depan publik atau rekan kerja, video conference call sampai kemampuan menjawab email yang baik,” imbuh David.

Menanggapi hal tersebut, Desi, mahasiswi Universitas Sumatera Utara, yang merupakan salah satu peserta Dare to Lead 2018, mengaku telah menyadari, komunikasi dan interpersonal telah menjadi tantangan ke depan. Maka sebagai salah seorang calon “pencari kerja”, Desi berusaha terus mengasah kemampuan komunikasi dari sisi verbal dengan cara belajar bahasa asing.

"Untuk interpersonalnya, saya berusaha banyak menemuni orang-orang baru dengan berbagai latar belakang. Ini penting agar kita punya wawasan luas untuk bekerja,” katanya.

Sebab, menurut Dewi, wawasan pengetahuan luas adalah pondasi keahlian berkomunikasi dan interpersonal. Jika tanpa wawasan komunikasi dan interpersonal, kita akan terasa biasa. Setelah hal tersebut sukses, selanjutnya peluang mendapatkan pekerjaan atau posisi yang sesuai keinginan akan lebih terbuka. “Dengan sendirinya kesuksesan juga akan terjadi dalam lingkup pekerjaan kita,” Dewi menambahkan.

Sementara itu, Fitri Febriyanti, mahasiswi Teknik Kimia dari Universitas Mulawarman, mengungkapkan, dirinya sedang mempelajari teknik komunikasi dan interpersonal yang baik dari berbagai sisi. "Selain mempelajari secara teori, saya juga mempraktekkan langsung di kampus, yang mana dengan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia. Lewat penerapan ini saya belajar banyak dan mendapat masukan dari internal ataupun eksternal,” ungkapnya.

Fitri Febriyanti menambahkan, sebagai calon insyinyur keahlian komunikasi dan interpersonal diperlukan oleh engineer agar eksekusi proyek bisa lancar nanti. “Apalagi kalau di site project jelas sekali keahlian ini dibutuhkan agar bisa cepat dan efektif,” ujarnya.

Sementara itu, Muhammad Azam, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Andalas, juga memberikan pendapat. Menurut dia, kemampuan komunikasi dan interpersonal yang baik memang penting agar para karyawan nanti bisa memahami maksud dan tujuan dari leader-nya. Ia menilai, agar lebih efektif, leader bisa melakukan hal tersebut dengan turun ke bawah langsung.

"Misalnya seorang project manager lebih baik untuk beberapa waktu turun langsung berkomunikasi dan berinteraksi ke tingkat paling bawah agar ia bisa dapat data yang real. Kalau sekadar menunggu report saja dikhawatirkan project tak berjalan cepat dan lancar. Nah, leader yang mau membaur dengan bawahannya serta bisa membawa dirinya maupun orang-orang di kelompoknya ke arah yang ia inginkan akan menjadi keunggulan tersendiri,” katanya.

Hal sama juga dituturkan Irfan Zaky Harlen, mahasiswa Teknik Elektro, Nangyang Technology University, Singapura. Ia menyatakan, seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi dan interpersonal baik bisa membawa perusahaan tempatnya bekerja ke arah yang lebih baik pula.

“Saya rasa, ini (Dare to Lead) jadi ajang yang baik untuk mencari networking termasuk mencari ilmu tentang komuinkasi dan menerapkan interpersonal. Apalagi ajang ini diikuti 38 mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai daerah latar belakang,” tukasnya.

 

 width=

5 Kiat Kemampuan Interpersonal

CEO GE Indonesia, Handry Satriago, menjelaskan pada intinya manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu, menurut dia, bersosialisasi dengan orang lain telah menjadi kebutuhan mendasar. Manusia harus bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan siapapun dan di mana pun.

“Walau kita merasa ekstrover atau introver tetap mau tidak mau harus berinteraksi dan komunikasi,” kata Handry pada hari kedua Dare to Lead yang bertempat di Pabrik UNINDO, Klender, Jakarta Timur. Terkait dunia kerja, Handry menyatakan sebenarnya tuntutan komunikasi dan kemampuan interpersonal yang baik bukan hal yang baru.

Berbicara mengenai interpersonal skill, Handry Satriago melihat seseorang harus mempunyai kemauan mendengar, membantu, dan berbagi akan. Interpersonal skills juga perlu membuang jauh-jauh arogansi dan pamer. "Bersikap ramah akan selalu memberikan sesuatu hal baik saat berinteraksi dengan orang," katanya.

Interpersonal skills memerlukan konsep bekerja yang selalu memperlakukan semua orang dengan sama. Dengan itu, sebaiknya kita selalu terbuka pada ide-ide dari siapa saja. Interpersonal skills pun memerlukan konsep bekerja yang selalu memperlakukan semua orang dengan sama. Dengan itu kita bisa terbuka pada ide-ide dari siapa saja.

Handry juga menyampaikan, interpersonal skill sebenarnya bisa dilakukan secara praktis dan sederhana. Cara pertama bisa dengan memberi senyuman karena smile will set up a good ambience of working. Untuk tersenyum, kata Handry, hanya membutuhkan 26 otot wajah yang digerakan, sementara untuk cemberut butuh 62 otot.

“Dan terus terang dari pengalaman puluhan tahun saya bekerja, jauh lebih enak kerja bareng orang yang murah senyum daripada yang murah cemberut,” ungkapnya.

Cara kedua, Handry melanjutkan, dengan memberi salam atau menyapa. Ini juga penting agar bisa membuat suasana lebih akrab sehingga interaksi jadi lebih mudah. Meskipun sebagai leader, Handry mengaku tidak gengsi menyapa lebih dulu anggotanya. Menurut dia, sudah tidak zaman lagi seseorang dengan posisi yang lebih tinggi harus menyapa terlebih dulu.

Sementara itu, cara ketiga adalah dengan mengukur komunikasi verbal. Handry menekankan pentingnya "think before you talk" dan jangan langsung show off. Keempat, perhatikan juga komunikasi non-verbal agar terlihat lebih santun.

Kelima, lanjut Handry, usahakan untuk proaktif, namun jangan "sok aktif". Proaktif untuk memulai pertukaran pendapat, mengingatkan lagi pada tujuan ketika ada konflik debat, menunjukkan solusi yang baik, dan seterusnya. Untuk proaktif, menurut dia, dibutuhkan pengamatan keadaan, dan keinginan untuk menolong menyelesaikan atau mempercepat sesuatu.

“Orang-orang menilai seberapa proaktif anda bahkan dalam kondisi yang sangat sederhana,” Handry menutup pembicaraan.