Penandatanganan kontrak EPC dilakukan oleh Direktur Perencanaan Investasi & Manajemen Resiko PT Pertamina (Persero) Gigih Prakoso dan President & CEO GE Power Russell Stokes pada Maret 2018. Penandatanganan juga dihadiri oleh Elia Massa Manik, Direktur Utama Pertamina Persero .
PLTGU Jawa-1 mampu menambah pasokan listrik sekitar 1.760 MW ke dalam jaringan listrik nasional, atau setara dengan pasokan ke 11 juta rumah di Indonesia. Listrik yang dihasilkan pembangkit akan disalurkan ke Sistem Kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 500 kV dari lokasi pembangkit ke Gardu Induk 500 kV Cibatu Baru di Cibatu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dengan panjang jaringan transmisi yang dibutuhkan sekitar 52 km.
Secara sistem sebagai pembangkit load follower, pembangkit ini memiliki peran penting untuk menopang fluktuasi beban serta menjaga kualitas suplai tenaga listrik dan meningkatkan pemanfaatan energi yang bersih di sistem Jawa-Bali.
Adapun pembangunan proyek PLTGU Jawa-1 berkapasitas sebesar 1.760 MW, di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, telah dimulai pada 19 Desember 2018. Ini akan menjadi proyek pembangkit listrik berbasis gas terbesar di Asia Tenggara, dan merupakan yang kedua di dunia yang mengintegrasikan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) dengan PLTGU.
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati, saat hadir dalam acara groundbreaking PLTGU di Cilamaya, mengatakan, “Bagi Pertamina, ini (PLTGU Jawa 1) adalah visi green energy, berupaya meningkatkan komposisi energi bersih di Indonesia pada 2025 dan menjalankan rencana pemerintah dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan.”
Didukung Turbin dan Sistem Andal
Presiden Direktur Jawa Satu Power, Ginanjar, mengatakan, ini akan menjadi pembangkit dengan konfigurasi blok tunggal gas combined cycle terintegrasi pertama di Asia dan terbesar di Asia Tenggara serta akan menggunakan turbin gas class HA efisiensi tinggi dari GE.
“Jawa-1 akan menjadi salah satu turbin gas yang paling efisien di Indonesia guna menghasilkan listrik yang ramah lingkungan dan dapat diandalkan untuk jaringan Jawa-Bali," jelas Ginanjar.
Terkait turbin, Gigih Prakoso menjelaskan, teknologi combined-cycle PLTGU Jawa 1 memakai dua turbin gas GE 9HA.02, dan diharapkan mulai beroperasi pada pertengahan 2021. “Dari teknologinya, PLTGU ini memakai turbin model terakhir dari GE sehingga diharapkan lebih efisien.”
Handry Satriago, Presiden dan CEO GE Indonesia, menambahkan, "Kami sangat senang dapat mendukung PT Jawa Satu Power dan mitra konsorsium EPC, Samsung, dan Meindo, dengan turbin gas HA yang sangat efisiensi."
Menurut Handry, teknologi turbin HA menawarkan fleksibilitas terdepan karena mampu memberikan daya penuh ke dalam jaringan dalam waktu kurang dari 30 menit, juga menghasilkan daya yang lebih bersih, andal, dan berkelanjutan kepada pelanggan. Merupakan turbin gas dengan pertumbuhan dalam jumlah tercepat di dunia, setidaknya sudah lebih dari 70 unit turbin HA yang dipesan dan digunakan di lebih dari 16 negara, termasuk Amerika Serikat, Meksiko, China, Jepang, Brasil, Prancis, dan Malaysia.
Di sisi lain, kata Handry, “Efisiensi pembangkit listrik penting untuk menjaga tarif listrik tetap kompetitif dan terjangkau masyarakat. Di sinilah turbin gas GE 9HA.02 efisiensi tinggi dan perangkat lunak Asset Performance Management (APM) dari GE memainkan peranannya."
Jasa service GE Power Services selama 25 tahun menggunakan solusi digital dari GE Asset Performance Management (APM). Tujuannya untuk memantau, memprediksi, dan meningkatkan keandalan serta efisiensi yang meliputi pemeliharaan turbin gas, turbin uap, dan generator serta peralatan pembangkit listrik lainnya.
Selain itu, PLTGU Jawa 1 juga akan memiliki keamanan, prediksi yang tepat untuk memastikan kinerja optimal dengan biaya pemeliharaan berkelanjutan yang lebih rendah. Kinerja pembangkit PLTGU ini akan bagian dipantau GE Monitoring and Diagnostic (M&D) Center di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
Sebagai informasi, PT Jawa Satu Power merupakan perusahaan patungan (Special Purpose Company) yang terdiri dari PT Pertamina (Persero) (dengan 40% kepemilikan), Marubeni Corporation (40% kepemilikan), dan Sojitz Corporation (20% kepemilikan).