Skip to main content
header-image
Solar Power

Mengintip Proyek Pembangkit Listrik Concentrate Solar Power Ashalim

Lukya Panggabean
August 30, 2019
Sejak dimulainya konstruksi pada 2014, Proyek Pembangkit Listrik Concentrate Solar Power (CSP) Ashalim Plot B berkapasitas 121 MW yang berada di gurun pasir Negev, Israel, akhirnya berhasil diselesaikan pada 7 April 2019 lalu.
Pembangkit listrik ini diklaim bisa memasok listrik bagi 50.000 rumah tangga di Israel atau sekitar 1% dari total kapasitas listrik di negara berpenduduk 9 juta jiwa tersebut. Secara tidak langsung, proyek tersebut pun menjadikan CSP Ashalim Plot B telah mendukung ambisi Israel dalam mendiversifikasi 10% produksi listriknya dari energi terbarukan hingga 2020 mendatang.

John Higgins, RSP & Offshore Operations Leader, mengatakan, proyek CSP Ashalim menunjukkan kemampuan pihaknya untuk mengelola proyek yang kompleks. Menurut dia, "Terlepas dari kondisi dan tantangan sulit yang dihadapi di Ashalim, tim telah berhasil menangani semuanya hingga tercapainya COD (Commercial Operation Date)."

Sementara itu, Direktur Proyek Ashalim, German Schaffner, menilai keberhasilan COD proyek CSP Ashalim merupakan pencapaian khusus dari hasil kerja sama banyak pihak untuk menyelesaikan berbagai tantangan di lapangan. Ia berharap inovasi ini dapat terus berlangsung dengan baik.

"Tekad, fokus, dan kerja keras kami untuk terus bergerak maju akhirnya bisa terwujudkan. Kami merasa bangga setiap kali melihat cahaya terang di Ashalim, karena telah mendukung pemanfaatan energi terbarukan di Israel," kata German Schaffner.

 width=

Peran GE Renewable Energy

Di CSP Ashalim, GE Renewable Energy berperan memasok beberapa teknologi utama, diantaranya SRSG (Solar Receiver Steam Generator), yang salah satu fungsinya sebagai penerima panas hasil pantulan sinar matahari dari berbagai cermin heliostats.

SRSG dari GE di proyek tersebut memiliki tinggi 50 meter dan berat 2200 ton. SRSG diangkut menggunakan lift khusus untuk dipasang di puncak menara setinggi 210 meter. Sedangkan dalam kontrak proyek turn-key, GE Renewable Energy juga bertanggung jawab untuk pelaksanaan Engineering, Procurement and Construction (EPC), termasuk juga Operation and Maintenance (OM) selama 25 tahun.

Proyek yang berada di area seluas 3 km² itu tercatat menggunakan sebanyak 50.600 cermin heliostats. Cermin diproduksi oleh perusahaan bernama Brightsource dengan mempekerjakan 40 orang selama tiga tahun di pabriknya di Ofakim, Israel. Semua heliostats tersambung dengan sistem komputer nirkabel agar secara otomatis bisa diarahkan ke posisi datangnya sinar matahari

 width=

 

Perlu pasokan sinar matahari yang sangat panas dan stabil

George Djohan, Country Leader GE Power Indonesia, menjelaskan, pada prinsipnya proses energi dari pembangkit CSP adalah menangkap sinar matahari dengan cermin Heliostats untuk kemudian dipantulkan ke satu titik fokus yaitu sebuah boiler di atas menara yang berada di tengah lokasi pembangkit.

Pantulan dari panas yang terkonsentrasi itu kemudian menggerakan boiler dan menghasilkan listrik. Menurut George Djohan, tidak sembarang wilayah dapat menerapkan prinsip ini karena untuk memanaskan boiler diperlukan intensitas panas sangat tinggi. Oleh karenanya, pada umumnya, beberapa negara yang mengembangkan pembangkit CSP adalah negara yang memiliki gurun pasir luas dengan intensitas matahari sangat tinggi dan stabil.

Kondisi tersebut dapat ditemui di beberapa wilayah, seperti di Nevada, Amerika Serikat, atau negara Spanyol, Dubai, Maroko, China, dan Arab Saudi.

"Memang ada juga wilayah yang tidak memiliki gurun pasir, tapi hanya dilakukan pada area datar dan luas seperti Prancis dan Jerman.Tapi kalau mau diterapkan di Indonesia, masih perlu dikaji dulu,” George Djohan menutup pembicaraan.
tags